JAKARTA, iNews.id - Ada lima pahlawan nasional Indonesia pada 2022. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan gelar Pahlawan Nasional kepada lima tokoh itu di Istana Negara, Jakarta, Senin (7/11/2022).
Penetapan kelima tokoh ini sebagai Pahlawan Nasional tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 96 TK Tahun 2022 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Berikut lima tokoh yang menerima gelar Pahlawan Nasional:
1. DR dr H R Soeharto dari provinsi Jawa Tengah
2. KGPAA Paku Alam VIII dari provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
3. dr Raden Rubini Natawisastra dari provinsi Kalimantan Barat.
4. H Salahuddin bin Talibuddin dari provinsi Maluku Utara.
5. KH Ahmad Sanusi dari provinsi Jawa Barat.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD yang juga Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan mengumumkan 5 tokoh ini berperan memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan.
"Memutuskan tahun ini memberikan 5 (gelar Pahlawan Nasional) kepada tokoh-tokoh bangsa yang telah ikut berjuang mendirikan negara Republik Indonesia melalui perjuangan kemerdekaan dan mengisinya dengan pembangunan-pembangunan sehingga kita eksis sampai sekarang sebagai negara yang berdaulat," ujar Mahfud, Kamis (3/11/2022).
Profil Rubini Natawisastra
Rubini merupakan pria kelahiran Bandung, Jawa Barat pada 31 Agustus 1906. Dia merupakan dokter lulusan STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen) atau Sekolah Kedokteran Bumiputra.
Menurut buku biografi yang ditulis Muhammad Rikaz Prabowo, Rubini juga salah satu dari beberapa dokter lulusan Nederlands Indische Artsen School (NIAS).
Usai lulus dari STOVIA pada tahun 1930, Rubini menjadi dokter di Jakarta. Kemudian empat tahun kemudian atau tahun 1934, dia dipindahkan ke Pontianak. Di penempatan barunya itu dia bertugas sebagai Kepala Kesehatan Pontianak.
Selain menjadi dokter, Rubini juga aktif mendukung perjuangan kemerdekaan melalui jalur politik. Pada tahun 1939, Rubini tergabung dalam pergerakan kebangsaan lewat Partai Indonesia Raya (Parindra) di Kalbar.
Pada tahun 1940-an, pemerintah kolonial mengadakan evakuasi terhadap pejabat-pejabat Belanda ke Jawa. Hal ini terjadi karena terjadinya Perang Pasifik serta menjelang kedatangan tentara Jepang.
Saat dilakukan evakuasi, tokoh-tokoh pribumi seperti Rubini ikut diajak. Namun Rubini menolak karena kecintaannya kepada Kalbar.
Awal tahun 1943, Rubini menerima dr Susilo dan Makaliwey yang datang dari Banjarmasin. Mereka menyampaikan jika di Banjarmasin akan ada gerakan melawan Jepang dan meminta Pontianak turut serta.
Rubini pun mulai mengadakan konsolidasi aktivis dan sejumlah tokoh kesultanan untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang yang rencananya pada Desember 1943.
Menurut laporan Jepang, Rubini yang dianggap sebagai pemimpin gerakan itu membentuk pasukan bersenjata yang bernama "Soeka Rela".
Koran Borneo Sinbun 1 Juli 1944 memberitakan bahwa Jepang telah mengeksekusi orang-orang yang terlibat dalam komplotan perlawanan. Sebanyak 48 di antaranya dianggap sebagai pemimpin perlawanan, termasuk Rubini dan istrinya, Amalia Rubini.
Nama Rubini telah diabadikan di sejumlah tempat untuk mengenang jasa dan perjuangannya, seperti nama jalan di Kota Mempawah, Pontianak, dan Bandung, serta RSUD di Mempawah. Rubini juga menjadi nama taman di Mempawah.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait