PONTIANAK, iNews.id - Seekor orang utan jantan dewasa diselamatkan tim gabungan Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat (Kalbar) Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I dan IAR Indonesia dari kebun milik warga. Beruntung, kondisi satwa dilindungi itu sehat.
Kepala Program IAR Indonesia, Argitoe Ranting mengatakan, orang utan itu diselamatkan dari kebun di Desa Sungai Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang. Tim awalnya mendapat laporan dari warga dan melakukan pemantauan sejak awal Agustus 2020.
"Maka diputuskan orang utan itu untuk diselamatkan karena lokasi kebun warga dengan hutan besar cukup jauh," kata Argitoe Ranting dalam keterangan tertulisnya di Ketapang, Kamis (20/8/2020).
Dia menjelaskan, Tim IAR Indonesia dan BKSDA Kalbar serta Pemerintah Desa Sungai Besar memutuskan untuk mentranslokasi orang utan ini ke hutan Desa Sungai Besar, Ketapang. Karena kondisi orang utan sehat dan tidak memerlukan perawatan lebih lanjut, tim bersama BKSDA Kalbar memutuskan untuk langsung mentranslokasikan ke hutan Desa Sungai Besar dengan luas 6.500 hektare (ha).
"Kami juga sudah berkoordinasi langsung dengan pihak pemerintah desa mengenai hal itu," katanya.
Argitoe Ranting mengatakan, meskipun kegiatan memindahkan orang utan ke hutan yang lebih baik untuk kehidupannya berlangsung sukses, translokasi hanya solusi sementara. Translokasi ini tidak bisa mengurai akar permasalahan sebenarnya karena permasalahan sebenarnya terletak pada alih fungsi dan kerusakan hutan.
Ancaman terhadap kelangsungan hidup orang utan bertambah sejak kebakaran besar melanda sebagian besar wilayah di Ketapang. Akibatnya, banyak orang utan kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupannya. Orang utan-orang utan ini pergi meninggalkan rumahnya yang terbakar dan masuk ke kebun warga untuk mencari makan.
"Ini yang menyebabkan tingginya jumlah perjumpaan manusia dengan orang utan. Tidak jarang kondisi ini menimbulkan konflik yang dapat merugikan orang utan dan manusia itu sendiri," katanya.
Sementara Direktur IAR Indonesia, Karmele L Sanchez mengatakan, Hari Orang Utan yang diperingati di seluruh dunia seharusnya menjadi pengingat kepada semua pihak agar bangga memiliki orang utan. Masyarakat juga harus ikut melakukan upaya sepenuh hati untuk melindungi dan menjaga mereka serta habitatnya. Namun sampai saat ini, konflik antara manusia dan orang utan masih saja terjadi.
"Potensinya bahkan cenderung meningkat karena orang utan kehilangan habitat yang merupakan rumah bagi mereka. Orang utan mencari makan ke kebun warga karena tidak punya pilihan lagi akibat rumahnya yang musnah. Kehilangan habitat dan konflik dengan orang utan meningkatkan risiko penularan penyakit antara manusia dan orang utan," katanya.
Dia menambahkan, jika ingin melindungi orang utan dan menjaga manusia dari pandemi, manusia harus menjaga ekosistem dan alam. "Kami berharap, melalui Hari Orang Utan Sedunia ini, manusia menyadari pentingnya hutan hujan bagi orang utan dan manusia itu sendiri," ujarnya.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait