Dia mengatakan, hal serupa dialami sejumlah pedagang. Sebagai solusi merosotnya pembeli yang berdampak pada jumlah penjualan, sejumlah pedagang membatasi penambahan stok barang selama pandemi.
"Sementara ini kita menjual barang yang ada dulu. Kalau untuk menambah stok kita masih belum berani karena belum tahu kapan pandemi berakhir," katanya.
Hal yang sama juga disampaikan Syarifa, pedagang lainnya. Menurutnya sejak Maret 2020 saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan juga Kalbar, hanya warga lokal saja yang membeli oleh-oleh atau souvenir di tokonya.
"Biasanya yang beli di sini orang Jakarta dan daerah luar lainnya, tapi setelah pandemi ini cuma orang-orang daerah sini saja yang beli," katanya.
Dia pun mengaku bahwa penjualan mengalami penurunan drastis akibat pandemi Covid-19. Hampir setahun pendapatannya merosot 50 persen dari biasanya.
“Meski demikian kami tetap melakukan penjualan, dan stok yang ada adalah yang baru,” ujarnya.
Tisa yang merupakan pemilik toko Telok Belanga menjual berbagai oleh-oleh khas seperti baju, miniatur tugu Khatulistiwa hingga makanan khas daerah Kalbar juga mengalami hal serupa.
Untuk menyiasati merosotnya penjualan di toko, Tisa memaksimalkan pemasaran barang-barang miliknya secara online.
“Penjualan secara online sudah berjalan dari sebelum pandemi. Saat pandemi kita juga sudah memaksimalkan pemasaran online. Akan tetapi hasilnya masih tetap sepi,” katanya.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait