BRGM Ajak Mahasiswa the University of Queensland Australia Kunjungi DMPG di Kalbar

Pada kesempatan yang sama, Kepala Kelompok Kerja Restorasi Gambut Wilayah Kalimantan dan Papua Jany Tri Raharjo hadir dalam diskusi ini melalui aplikasi Zoom. Dia mengatakan “Sejak 2017 hingga 2021, kegiatan restorasi gambut di Kalimantan Barat telah dilaksanakan di 7 Kabupaten, yakni Kabupaten Kayong Utara, Ketapang, Kubu Raya, Melawi, Mempawah, Sambas, dan Sintang. Hingga 2021, telah dibangun 491 unit sumur bor, 806 unit sekat kanal, 75 hektar revegetasi, dam 156 bantuan paket revitalisasi kepada masyarakat."
Jany menambahkan, mahasiswa the University of Queensland akan mengunjungi lokasi pemeliharaan sekat kanal, lokasi demplot revegetasi lahan gambut bekas terbakar, dan melihat kegiatan revitalisasi, melalui pertanian hortikultura.
Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi Gambut BRGM, Agus Yasin juga hadir dalam kesempatan ini. Menurutnya, BRGM tidak hanya melakukan pemeliharaan langsung di lapangan, tetapi juga melakukan pemantauan secara digital melalui Pranata Informasi Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove (PRIMS).
“Website PRIMS ini tak hanya dapat diakses oleh BRGM dan masyarakat gambut, namun masyarakat umum juga dapat mengakses website ini.” kata Yasin.
Dalam program ini, mahasiswa the University of Queensland memiliki tugas untuk berkonsultasi dengan multi-stakeholder yang berada di wilayah target restorasi gambut BRGM dengan menggunakan Participatory Situation Analysis (PSA) dan merumuskan strategi pelibatan masyarakat di lahan gambut yang nantinya akan direkomendasikan kepada BRGM.
Selain itu, staf BRGM dan staf dinas terkait lingkup Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Kubu Raya nantinya berkesempatan mendapatkan pelatihan Strategi Komunikasi oleh pengajar dari the University of Queensland, yang akan diselenggarakan di Pontianak dan Jakarta.
Jamie, mahasiswa Jurusan Hukum the University of Queensland mengaku sangat antusias untuk mengikuti kegiatan PEATLI ini. "Saya sangat tertarik untuk bertemu masyarakat lokal, sehingga mendapatkan pengalaman dan pembelajaran serta membandingkan masyarakat pedalaman di Indonesia dengan di Australia. Saya sangat senang dengan mempelajari kebudayaan lokal, cara berpikir mereka, dan hubungan dengan pemerintah daerah atau BRGM," tuturnya.
“Saya sangat tertarik dengan Indonesia karena saya belum pernah ke Indonesia sebelumnya, Ini menjadi menarik bagi saya karena belum ada lembaga seperti BRGM di Australia, yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat langsung di lapangan. Setelah melakukan program ini, saya berharap dapat memberikan strategi komunikasi yang efektif terkait restorasi gambut kepada masyarakat lokal," kata salah satu mahasiswi the University of Queensland, Abbey.
Editor: Rizqa Leony Putri