YANGON, iNews.id - Para dokter dan tenaga medis lainnya ikut dalam unjuk rasa, bahkan mogok kerja menyikapi kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi sejak pekan lalu. Akibatnya, penanganan pandemi Covid-19 di Myanmar terganggu.
Dari laporan resmi Kementerian Kesehatan Myanmar, jumlah tes Covid-19 harian yang dilaporkan pada Senin (8/2/2021) malam hanya mencapai 1.987 orang. Angka ini menjadi yang terendah sejak Desember 2020.
Sriwijaya Air Beri Santunan kepada 25 Ahli Waris Korban Pesawat Jatuh
Jumlah itu juga anjlok jika dibandingkan dengan 9.000 lebih pada pekan lalu. Bahkan, sepanjang Januari bisa mencapai lebih dari 17.000.
Sementara jumlah kasus infeksi Covid-19 yang berhasil dideteksi pada Senin kemarin hanya empat. Angka ini turun drastis dibandingkan rata-rata 420 penderita per hari yang tercatat di pekan terakhir Januari sebelum kudeta.
Banjir Rendam 51 Desa di Sambas akibat Hujan Deras
Kementerian Kesehatan Myanmar mengimbau tenaga kesehatan untuk kembali bekerja serta membantu vaksinasi Covid yang sudah dimulai sejak akhir Januari.
"Semua tenaga kesehatan dimohon untuk segera kembali bertugas, ini demi keamanan pasien," kata Kementerian Kesehatan dikutip dari Reuters, Selasa (9/2/2021).
Banjir di Bengkayang karena Ada Kiriman Air dari Serawak Malaysia
Myanmar merupakan salah satu negara dengan wabah virus corona terparah di Asia Tenggara, dengan total 31.177 kasus kematian dari sekitar 141.000 penderita.
Tenaga kesehatan ikut berunjuk rasa menentang kudeta yang menggulingkan Aung San Suu Kyi sejak pekan lalu. Sebagian dari mereka menolak bekerja di bawah pemerintahan militer yang baru.
Pemimpin Myanmar saat ini Jenderal Min Aung Hlaing dalam pidato pertamanya di televisi pada Senin berjanji memprioritaskan penanganan Covid-19, termasuk vaksinasi untuk semua masyarakat.
Editor: Maria Christina