Sederet Fakta Menarik Kota Singkawang, Raih Predikat Kota Paling Toleran

Kota Singkawang dulunya adalah sebuah desa, yang masuk ke dalam wilayah Kesultanan Sambas. Desa Singkawang menjadi ramai sejak para pedagang dan penambang emas dari Tionghoa singgah dan beristirahat ketika dalam perjalanan menuju Monterado.
Orang-orang Tionghoa kemudian menyebut daerah itu dengan istilah San Keuw Jong, karena daerahnya yang berbatasan langsung dengan Laut Natuna, serta memiliki sungai dan pegunungan. Desa Singkawang terus mengalami perkembangan pesat dari waktu ke waktu.
Pada tahun 1959, Desa Singkawang ditetapkan sebagai bagian dan ibu kota Kabupaten Sambas dengan status Kecamatan Singkawang. Kemudian pada tahun 1981, Kecamatan Singkawang berubah menjadi Kota Administratif Singkawang.
Tujuan perubahan menjadi kota administratif supaya ada peningkatan pelayanan pemerintahan. Kota Administratif Singkawang lantas diusulkan menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II pada tahun 1999. Namun usulan itu belum diterima oleh Pemerintah Pusat.
Masyarakat Singkawang pun tidak patah semangat. Mereka kembali mengusulkan pembentukan Kotamadya Tingkat II untuk Kota Singkawang. Baru kemudian pada tanggal 17 Oktober 2001, Singkawang resmi menjadi Kotamadya Tingkat II. Pembentukan ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang.
Kota Singkawang mempunyai sejumlah destinasi wisata unggulan yang dapat dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Tempat wisata di Singkawang antara lain Pantai Pasir Panjang, Sinka Island Park, Sinka Zoo, Taman Bukit Bougenville, Taman Chidayu. Kemudian Taman Teratai Indah, Pasar Hong Kong, Vihara Tri Dharma Bumi Raya, Danau Biru, dan Masjid Raya Singkawang. Selain itu, pada perayaan Cap Go Meh atau penutupan perayaan Tahun Baru Imlek, tepatnya di hari ke-15 di Singkawang juga sangat meriah.
Kota Singkawang di Kalimantan Barat dikenal memiliki arsitektur khas oriental. Sejumlah rumah bergambar naga dan bangunan kelenteng, rumah ibadah warga keturunan Tionghoa, menunjuk tegas siapa pemiliknya. Ini tak heran karena sekitar 42 persen penduduknya merupakan warga etnis Cina atau Tionghoa.
Masyarakat Tionghoa, khususnya etnis Hakka, adalah penyebar kepercayaan konfusianisme di sana. Hal ini tergambar dari banyaknya kelenteng yang tersebar di Kota Singkawang. Tak heran jika Kota Singkawang juga dijuluki dengan Kota Seribu Kelenteng.
Salah satu dari deretan klenteng yang terletak di tengah kota ini adalah Vihara Tridharma Bumi Raya. Umur klenteng ini diperkirakan sekitar 200 tahun. Selain itu, ada pula pekong atau kelenteng Surga Neraka yang terletak sekitar 12 kilometer dari Singkawang. Pekong ini terletak di sebuah bukit yang membuat pengunjung bisa menikmati pemandangan kota yang dikelilingi laut dan hutan.
Kelenteng Surga Neraka mempunyai beberapa ruang. Terdapat ruangan yang dindingnya ditempeli rangkaian gambar yang memperlihatkan tahapan hidup hingga meninggal yang harus ditempuh manusia. Sejumlah gambar dewa maupun dewi terpajang di dinding. Selain itu terdapat pula ruang yang memperlihatkan perbuatan apa saja yang dilakukan manusia saat masih hidup di dunia. Terdapat juga bilik yang berfungsi untuk memberikan falsafah hidup.
Editor: Reza Yunanto